Mulya Rizky via Steemit Kelinci mini Netherland Dwarf peliharaan yang terkenal diantaranya adalah Kelinci Eropa, Netherland Dwarf, Holland Lop, Kelinci Raksasa Flemish dan Angoras berbulu. Satu kesamaan dari jenis itu semua adalah berasal dari Eropa. Semua bangsa kelinci domestikasi bernenek moyang kelinci liar dari Eropa yang berordo Logomorpha. Jenis-jenis kelinci tersebut awalnya terbatas di Semenanjung Iberia dan Prancis Selatan. Manusia memanfaatkannya sebagai kelinci pedaging dan diambil bulunya sejak Zaman Es terakhir, yang berpuncak pada domestikasi sekitar tahun yang lalu. Sementara itu, di benua Amerika, ada banyak spesies kelinci dengan rentang di kedua benua. Catatan arkeologi menunjukan kelinci digunakan secara ekstensif di Amerika seperti di Semenanjung Iberia. Dengan bukti arkeologis yang jelas, bahwa kelinci sengaja dipelihara di sana. Lantas, mengapa kelinci dijinakan di Eropa dan bukan di Amerika? Hasil penelitian terbaru dari arkeolog Andrew Smerville dari Iowa State University dan Nawa Sugiyama dari UC Riverside menemukan jawaban sederhana. Kelinci Eropa hidup dengan mudah dalam kelompok sosial yang besar sementara kelinci cottontail Amerika tidak. Sifat kurang sosial dari kelinci ekor kapas Amerika dikombinasikan dengan keragaman spesies yang lebih besar menciptakan situasi di mana peternakan kelinci tidak mengarah pada domestikasi, atau untuk dijinakan. Hasil penelitian tersebut telah dipublikasikan dalam Jurnal Animal Frontiers. Penelitian tersebut menemukan perbedaan perilaku antara kelinci Eropa dan Amerika Utara menjelaskan kesesuaian diferensial mereka untuk domestikasi. Kelinci Eropa Oryctolagus cuniculus adalah satu-satunya spesies lagomorph yang telah didomestikasi oleh manusia. "Kelinci mungkin diberi makan jagung, tetapi isotop karbon tidak membedakan antara jagung dan kaktus, jadi kami tidak bisa memastikannya," kata Sugiyama kepada UC Riverside News. Baca Juga Studi Kelinci Jadi Lebih Besar dan Kuat Jika Memakan Fesesnya Sendiri Nawa Sugiyama/UCR Tulang dua kelinci ditemukan dalam perut elang yang dikorbankan di Piramida Matahari di Teotihuacan, Meksiko Kemudian, sekitar 46 persen tulang hewan yang digali di satu kompleks berasal dari kelinci yang diberi makanan serupa dengan tanaman pertanian. Jumlah fosfat di lokasi penggalian menunjukan lokasi di mana kelinci buang air kecil. Patung kelinci juga ditemukan di alun-alun pusat kompleks, yang menegaskan pentingnya peternakan kelinci bagi penduduk. Seribu tahun kemudian, penakluk Spanyol abad ke-16 Hernan Cortez menggambarkan penjualan kelinci di pasar Aztec Tlateloco. Selama setidaknya satu milenium peternakan dan penggunaan ekstensif untuk makanan, bulu, dan ritual. Bagaimanapun, kelinci Meksiko tidak dijinakkan, hubungan mutualistik multigenerasi yang ditandai dengan reproduksi yang dikendalikan manusia. Untuk memahami alasannya, Somerville membandingkan ekologi perilaku kelinci Eropa dan ekor kapas Amerika dengan kriteria utama atau hewan pra-adaptasi untuk domestikasi. Hewan yang telah didomestikasi biasanya hidup berkelompok dengan pejantan residen. Mereka juga memiliki anak muda yang mudah dihasilkan dan membutuhkan perawatan orang tua, sistem perkawinan bebas, toleransi terhadap berbagai lingkungan, dan reaktivitas rendah terhadap manusia. Baca Juga Bagaimana Sejarah Telur dan Kelinci Paskah? Berikut Penjelasannya Jeff Whitlock via The Online Zoo Kelinci Mountain Cottontail dari Benua Amerika Kelinci Eropa dan Amerika serupa di semua kriteria kecuali perilaku sosial. Kelinci Eropa hidup di liang keluarga bawah tanah, yang disebut warrens, hingga 20 individu termasuk jantan, yang mempertahankan wilayah perkembangbiakannya dari pejantan lain. Warrens memudahkan orang untuk menemukan dan mengelola populasi kelinci liar, kemudian meniru kondisi di penangkaran, di mana kelinci mudah berkembang biak. Cottontail Amerika, di sisi lain, hidup menyendiri, hidup sepenuhnya di atas tanah, dan cenderung bertarung di wilayahnya bersama. Jantan tidak mempertahankan wilayah perkembangbiakan dan mengejar strategi kawin yang lebih oportunistik. Somerville dan Sugiyama menyimpulkan bahwa sifat soliter mereka, kecenderungan untuk bertarung di satu wilayah, wilayah yang tersebar, dan sistem perkawinan yang kurang dapat diprediksi. Hal itu memungkinkan untuk memelihara kelinci tanpa membentuk jenis hubungan timbal balik yang pada akhirnya akan memberi manusia kendali yang cukup atas suatu spesies untuk mengarahkan evolusinya. Keanekaragaman spesies yang lebih besar juga memperkecil kemungkinan salah satu dari mereka akan didomestikasi. Baca Juga Populasi dan Kebutuhan Pangan Meningkat, Afrika Beralih ke Daging Kelinci PROMOTED CONTENT Video Pilihan
ternakkelinci ternyata merupakan suatu usaha dan bisnis yang cukup menjanjikan, Di sekitar pantai tersebar karang-karang berukuran cukup besar. Ombak pantai Dreamland cukup besar dan tinggi sangat diminati para peselancar dalam dan luar negeri. Selamat menikmati. Continue Reading Sabtu, 31 Maret 2012. » Monday, November 12, 2018 Kelinci sedikit di kembangkan di Indonesia walau type ternak ini punya potensi besar dalam penambahan kualitas gizi penduduk. Sesaat pemerintah ikut masih tetap kurang serius mengerjakan bisnis ternak ini. Walau sebenarnya bisnis ternak kelinci dapat menolong tingkatkan penghasilan penduduk serta bahkan juga bisa saja jalan keluar menangani pengangguran. Lihat saja Vietnam serta China. Ke-2 negara itu cukuplah sukses meningkatkan kelinci. Karena itu, untuk peningkatan bisnis si kuping panjang ini di tanah air, tidak ada kelirunya berguru pada mereka. Tersebut penjelasannya. Ternak Rakyat di Vietnam Di Nho Quan pedesaan di Propinsi Ninh Binh, Vietnam sebelum tahun 2000an, petani ditempat pelihara kelinci menjadi bisnis sambilan, penghasil gizi keluarga atau sebatas peliharaan kesenangan. Produktivitasnya di jangka itu begitu rendah sebab pemeliharaan dikerjakan lewat cara dilepaskan bebas di pekarangan rumah. Lantas dalam satu musim di tahun 2003, beberapa ribu kelinci di lokasi pegunungan Nho Quan itu tertimpa penyakit kaki serta mulut. Mujur pemerintah responsif. Penyakit itu di teliti lantas disatukan menjadi studi masalah penyakit binatang oleh pemerintah ditempat. Setelah itu perlakuan masalah ini pula menyertakan pihak penyuluh dan di dukung oleh pemerintah propinsi yang malah berlaku arif menggerakkan budidaya kelinci dengan moderen, bukan justru dengan naif menghabisi kelinci sebab fakta penyakit. Bahkan juga, pemerintah turunkan team spesial untuk program modernisasi peternakan. Beberapa dokter binatang, petani, ibu rumah-tangga, petugas departemen kesehatan, menyatu dalam program terencana pemerintahan lokal. Dalam perihal ini, kursus, pemberdayaan serta penyadaran kesehatan ternak dengan moderen digalakkan. Credit Lunak untuk Peternak Keseriusan pemerintah ini dapat dibuktikan sukses. Empat tahun lalu 2007, bisnis peternakan kelinci disana kembali menggeliat. Angka perkembangan bisnis ini sampai 25,6 persen. Bila sebelum 2003, tiap-tiap dusun cuma lima kepala keluarga yang mempunyai kelinci, pada 2007, peternak jumlahnya kelinci melonjak sampai 18 sampai 20 kepala keluarga pada tiap-tiap dusun. Dari sini mengalirlah credit lunak untuk peternak. Mereka ditawari kesanggupan membayar dengan sesuai kenyataan, tiada butuh membuat proposal. Pemerintahlah yang lakukan penelitian lapangan dengan cara langsung setiapkali ada mengajukan modal. Karena itu, pemerintah membuat asosiasi peternak kelinci yang memberi keleluasaan pada peternak. Pemerintah bertindak selaku pencatat serta pengawas. Diluar itu, pemerintah ikut menghadirkan tehnologi peternakan yang mendukung bisnis peternakan kelinci contohnya dalam pembuatan pakan serta pemrosesan pascapanen. Tapi awal mulanya mereka mengundang periset untuk lakukan penelitian obyektif. Hasil riset itu mereferensikan banyak hal. Salah satunya, peternakan kelinci susah berkembang bila pasar tidak terbuka, penduduk seringkali kesusahan beli kelinci sebab tidak kebanyakan orang tahu tempat pemeliharaan kelinci. Setelah itu petani akan cepat pandai bila sering diselenggarakan kursus serius, asosiasi atau koperasi peternak kelinci begitu penting untuk memberi tempat tawar harga di market, pemrosesan pascapanen begitu memastikan perubahan pasar kelinci serta ibu rumah-tangga punya potensi jadi pengelola ternak kelinci di dalam rumah sebab mereka 62% dapat dibuktikan lebih sayang pada kelinci di banding lelaki 38%. China Fantastis Sesaat di China, kelinci telah terkenal oleh penduduk. Pada 1950, beberapa type kelinci di luar negeri membanjiri Negeri Gorden Bambu itu. Gu Zilin, periset dari Insititut Pertanian Kampus Dia Bei, Boading China 2001 tuliskan hasil risetnya mengenai peternakan kelinci di China. Dalam artikel “Review Rabbit Breeding In China”, Zilin membahas perolehan pengalaman pemeliharaan kelinci domestik di China. Akhirnya, peternakan kelinci mempunyai implikasi ekonomis baik dari daging, bulu serta hasil yang lain disana. Type Anggora untuk arah penghasil bulu sangat banyak disukai peternak. Pemerintah tidak hanya memfasilitasi beberapa pengimpor swasta ikut ikut serta memberi pertolongan berbelanja kelinci dari beberapa negara seperti Inggris, Jepang serta Hungaria. Kelinci Anggora yang dihadirkan dari Jerman serta Perancis begitu disukai peternak sebab kualitas bulunya yang baik. Sedang type kelinci pedaging, pemerintah China menghadirkan type kelinci besar dari Jepang, Selandia Baru, Jerman, Perancis, Amerika Serikat, Denmark dan sebagainya. Kelinci penghasil Fur type Rex dari Amerika Serikat banyak juga dihadirkan sejak tahun 1980an. Masuknya bermacam kelinci import itu membuat kelinci lokal China seperti type Taihang, Saibei, Fujiang, Anyang dan sebagainya berkembang lebih variasi sebab perkawinan silang. Usaha pemerintah mengimpor kelinci ini membuat peternakan kelinci untuk penghasil bulu lebih condong cepat di banding kelinci menjadi penghasil pedaging. Pesatnya perubahan ternak kelinci ikut di dukung bukti jika penduduk ditempat begitu menggandrungi kelinci. Lalu pada 1980 kerja sama ekonomi serta tehnologi di bagian peternakan kelinci dengan pemerintah Jerman, Perancis serta Amerika Serikat dikerjakan di Jiangsu, Shandong, China. Kerja sama ini mengenalkan mode peternakan baru serta tehnologi mutakhir untuk mengurus kelinci bersama hasil-hasilnya. Pada 1988, China jadi tuan-rumah pertemuan kelinci tingkat dunia yang keempat Fourth World Rabbit Science Conference for Rabbit Sains. ADS HERE !!!Ternakkelinci di lahan sempit - via : jawapos.com. Namun usaha ini tergolong ternak yang menguntungkan di lahan sempit bahkan memiliki potensi ekspor ke luar negeri. 9. Ternak Belut. Jika ingin mendapat untung besar dari ternak hewan di lahan sempit, ternak belut adalah jawabannya. Ternak belut tidak selalu membutuhkan kolam yang luas.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Vietnam dan China terbukti sukses mengembangkan usaha ternak kelinci di negaranya Kelinci belum banyak dikembangkan di Indonesia meskipun jenis ternak ini berpotensi besar dalam peningkatan mutu gizi masyarakat. Sementara pemerintah juga masih kurang serius menggarap usaha ternak ini. Padahal usaha ternak kelinci bisa membantu meningkatkan pendapatan masyarakat dan bahkan bisa jadi solusi mengatasi pengangguran. Lihat saja Vietnam dan China. Kedua negara tersebut cukup sukses mengembangkan kelinci. Untuk itu, demi pengembangan usaha si kuping panjang ini di tanah air, tak ada salahnya berguru kepada mereka. Berikut ulasannya. Ternak Rakyat di Vietnam Di Nho Quan pedesaan di Provinsi Ninh Binh, Vietnam sebelum tahun 2000an, petani setempat memelihara kelinci sebagai usaha sampingan, penghasil gizi keluarga atau sekadar peliharaan kesenangan. Produktivitasnya di masa itu sangat rendah karena pemeliharaan dilakukan dengan cara dilepas bebas di pekarangan rumah. Lalu pada suatu musim di tahun 2003, ribuan kelinci di kawasan pegunungan Nho Quan itu tertimpa penyakit kaki dan mulut. Beruntung pemerintah tanggap. Penyakit tersebut diteliti lalu dikumpulkan sebagai studi persoalan penyakit hewan oleh pemerintah setempat. Selanjutnya penanganan kasus ini juga melibatkan pihak penyuluh serta didukung oleh pemerintah provinsi yang justru bersikap bijaksana mendorong budidaya kelinci secara modern, bukan malah secara naif menghabisi kelinci karena alasan penyakit. Bahkan, pemerintah menurunkan tim khusus untuk program modernisasi peternakan. Para dokter hewan, petani, ibu rumah tangga, petugas departemen kesehatan, menyatu dalam program terencana pemerintahan lokal. Dalam hal ini, pelatihan, pemberdayaan dan penyadaran kesehatan ternak secara modern digalakkan. Kredit Lunak untuk Peternak Keseriusan pemerintah ini terbukti berhasil. Empat tahun kemudian 2007, usaha peternakan kelinci di sana kembali menggeliat. Angka pertumbuhan usaha ini mencapai 25,6 %. Jika sebelum 2003, setiap dusun hanya lima kepala keluarga yang memiliki kelinci, pada 2007, peternak jumlah kelinci melonjak mencapai 18 hingga 20 kepala keluarga pada setiap dusun. Dari sini mengalirlah kredit lunak untuk peternak. Mereka ditawari kesanggupan membayar secara realistis, tanpa perlu membuat proposal. Pemerintahlah yang melakukan riset lapangan secara langsung setiapkali ada pengajuan modal. Untuk itu, pemerintah membentuk asosiasi peternak kelinci yang memberikan keleluasaan kepada peternak. Pemerintah bertindak sebagai pencatat dan pengawas. Selain itu, pemerintah juga mendatangkan teknologi peternakan yang menunjang usaha peternakan kelinci misalnya dalam pembuatan pakan dan pengolahan pascapanen. Tetapi sebelumnya mereka mengundang peneliti untuk melakukan riset obyektif. Hasil penelitian tersebut merekomendasikan beberapa hal. Diantaranya, peternakan kelinci sulit berkembang jika pasar tidak terbuka, masyarakat sering kesulitan membeli kelinci karena tidak semua orang tahu lokasi pemeliharaan kelinci. Selanjutnya petani akan cepat pintar jika kerap diadakan pelatihan serius, asosiasi atau koperasi peternak kelinci sangat penting untuk memberikan posisi tawar harga di pasaran, pengolahan pascapanen sangat menentukan perkembangan pasar kelinci dan ibu rumah tangga berpotensi menjadi pengelola ternak kelinci di rumah karena mereka 62% terbukti lebih sayang terhadap kelinci dibanding laki-laki 38%. China Spektakuler Sementara di China, kelinci sudah dikenal luas oleh masyarakat. Pada 1950, berbagai jenis kelinci dari luar negeri membanjiri Negeri Tirai Bambu tersebut. Gu Zilin, peneliti dari Insititut Pertanian Universitas Ia Bei, Boading China 2001 menuliskan hasil risetnya tentang peternakan kelinci di China. Dalam artikel “Review Rabbit Breeding In a15 China”, Zilin mengkaji pencapaian pengalaman pemeliharaan kelinci domestik di China. Hasilnya, peternakan kelinci memiliki implikasi ekonomis baik dari daging, bulu dan hasil lainnya di sana. Jenis Anggora untuk tujuan penghasil bulu paling banyak diminati peternak. Pemerintah selain memfasilitasi para pengimpor swasta juga terlibat memberikan bantuan belanja kelinci dari beberapa negara seperti Inggris, Jepang dan Hungaria. Kelinci Anggora yang didatangkan dari Jerman dan Perancis sangat diminati peternak karena kualitas bulunya yang baik. Sedangkan jenis kelinci pedaging, pemerintah China mendatangkan jenis kelinci besar dari Jepang, Selandia Baru, Jerman, Perancis, Amerika Serikat, Denmark dan lain-lain. Kelinci penghasil Fur jenis Rex dari Amerika Serikat juga banyak didatangkan semenjak tahun 1980an. Masuknya beragam kelinci impor tersebut membuat kelinci lokal China seperti jenis Taihang, Saibei, Fujiang, Anyang dan lain-lain berkembang lebih variatif karena perkawinan silang. Upaya pemerintah mengimpor kelinci ini membuat peternakan kelinci untuk penghasil bulu lebih cenderung pesat dibanding kelinci sebagai penghasil pedaging. Pesatnya perkembangan ternak kelinci juga didukung fakta bahwa masyarakat setempat sangat menggandrungi kelinci. Kemudian pada 1980 kerjasama ekonomi dan teknologi di bidang peternakan kelinci dengan pemerintah Jerman, Perancis dan Amerika Serikat dilaksanakan di Jiangsu, Shandong, China. Kerjasama ini memperkenalkan model peternakan baru dan teknologi canggih untuk mengelola kelinci beserta hasil-hasilnya. Pada 1988, China menjadi tuan rumah konferensi kelinci tingkat dunia yang ke empat Fourth World Rabbit Science Conference for Rabbit Sains. Lihat Money SelengkapnyaCaraternak kelinci potong yang benar adalah cukup satu kandang hanya boleh diisi satu jenis kelamin saja. Tidak boleh mencampurkan jantan dan betina. Ada 3 jenis kandang kelinci : Kandang postal. Khusus digunakan untuk anak kelinci. Kandang baterai. Khusus pembesaran anak kelinci yang sudah disapih induknya. Kandang terbuka.NGAMPRAH, - Berawal dari sebatas hobi, Yoga Tri Herlambang 40 berhasil menjadi peternak milenial sukses asal Desa Pagarwangi, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat KBB. Kesenangan memelihara kelinci berhasil membawanya jadi eksportir ke beberapa negara mulai dari Filipina, Malaysia, Pakistan, hingga Arab Saudi. Kegiatan ekspor kelinci yang dilakukan Yoga telah mencapai angka Rp700 juta hingga Rp1 miliar. "Tergantung jumlah pemesanan, kalau kita biasanya kirim dari 100 ekor sampai 200 ekor kelinci bisa tembus di angka Rp 700 juta sampai ke Rp 1 miliar lebih," kata Yoga kepada Selasa 31 Agustus 2021. Baca Juga Cerita Warga Lembang Dibanjiri Kotoran Sapi Usai Hujan Kesuksesan yang diraih Yoga tak hadir tiba-tiba. Sejak 2002 ia mulai budidaya kelinci dan sering mengikuti beberapa even. Meski masih jarang pembudidaya, Yoga tetap melakoninya dengan alasan hobi terhadap binatang lucu itu. Sejak 2004, ia memang sudah melayani pemesanan dari luar negeri namun dalam skala kecil. Adapun jenis spesies kelinci yang dikembangkan berasal dari bibit yang diimpor langsung dari sejumlah negara di Eropa dan Amerika Serikat. Jenis kelinci yang dibudidayakannya, yakni New Zealand White, Netherland Dwarf, Californian, Checkerd Giant, German Giant dan Transylvanian Giant. "Basic-nya hobi dari tahun 2002, sampai puncaknya di tahun 2017. Sempat vakum beberapa bulan saya terjun lagi karena permintaan pasar makin besar," tambahnya. Di massa pandemi Covid-19, saat beberapa sektor peternakan terpuruk, justru ternak kelinci yang dikelola Yoga meningkat drastis karena mendapat permintaan dari negara Filipina dengan jumlah 100-200 ekor per bulan. Baca Juga Diduga Alami Sindrom Langka, Warga Bandung Barat Ini Tak Tidur 7 Tahun Menurut Yoga, kelinci yang dikirim ke Filipina mayoritas untuk dikonsumsi. Pasalnya, sejak pandemi Covid-19 negara berjuluk Lumbung Padi itu mulai beralih orientasi dari ayam dan babi ke kelinci. "Semenjak pandemi mereka mengkonversi banyak peternakan babi dan ayam ke kelinci mungkin mereka ingin menjadikan kelinci menjadi pangan utama nantinya. Ditambah ada informasi, bahwa virus corona tidak menginfeksi kelinci," terangnya. Saat ini, Filipina merupakan pemesan utama dengan jumlah paling besar. Pasar ke negara ini berawal dari upaya pemasaran sejumlah peternak melalui media sosial Facebook. Yoga cukup bertahan dan dipercaya ekspor ke negara itu lantaran menjamin kualitas kesehatan ternak, selain itu ia juga punya modal fasih berbahasa. "Saya termasuk orang yang paling belakang main di ekspor ke Filipina. Itu pun tidak lewat Facebook tapi lewat Instagram. Alhamdulillah karena ternak kita dipercaya tidak ada komplain, saya juga dikenal breeder lama lewat Instagram, jadi sampai sekarang jalan terus," paparnya. DD4Q7.